Thursday, May 17, 2012

Morning Sunshine (Irin Sintriana)

Sinopsis :

Dia melukis pelangi di hidupmu yang hitam putih.
Mengisi hari-harimu dengan kejutan-kejutan manis.
Menggenggam erat tanganmu, seolah tak akan pernah lagi melepasnya.
"Aku mencintaimu," katanya.
Dan kamu percaya, bahwa hanya kamulah satu-satunya.
Kemudian kamu mendapati dirimu terkhianati.
Ingin sekali mengucapkan sesuatu, namun lidahmu terlalu kelu.
Airmatamu meleleh, genangan bening mengalir membentuk anak sungai di pipimu.
Ternyata, setahun saja tidak cukup.

"Kali ini, Irin menghadirkan novel yang lebih ceria dan penuh cinta, Morning Sunshine. Happy reading!" (Sefryana Khairil, penulis novel Coming Home & Beautiful Mistake)

BOOK TRAILER MORNING SUNSHINE: http://youtu.be/4aq8Z95zPfA


>CUPLIKAN<

PROLOG
Langkah kakinya terhenti saat melihat sosok itu di hadapannya. Jantungnya berdegup cepat, gelisah. Senyum di wajah wanita itu memudar. Tangannya yang mendadak menjadi sedingin es mengepal kuat, menahan gejolak yang menyesakkan dadanya.
“Erish…”
Wanita itu mendengar pria itu menyebut namanya. Ia ingin mengucapkan sesuatu, namun lidahnya terlalu kelu untuk melakukannya. Hanya genangan bening di matanya yang balas menyapa.
Kemudian wanita itu akhirnya menyadari… Setahun saja ternyata tak cukup.
***
 CHAPTER 1
Ah, demi Tuhan!
Erish menghempaskan novel di tangannya dengan sebal. Diliriknya ponsel mungil yang sedari tadi bergetar pelan, mengusik waktu membacanya itu. Siapa sih yang pagi-pagi begini menelepon untuk mengganggu hari Sabtunya? Wanita berambut ikal sebahu itu meraih ponselnya dengan enggan. Dahinya berkerut heran ketika nama Pak Ronan – General Manajer PT Cemerlang Group tempatnya bekerja – muncul di sana.
“Halo, selamat pagi Pak,” ujar Erish saat menjawab telepon dari atasannya itu. Untuk apa Pak Ronan menghubunginya di hari libur begini? Erish bertanya-tanya dalam hati.
“Erish, kamu mau cari perkara ya?! Acara sudah hampir dimulai dan kamu belum muncul juga?! Kamu kan MC-nya!” teriak Pak Ronan yang membuat Erish secara otomatis menjauhkan ponsel dari telinganya. Acara? Erish menatap ponselnya dengan bingung sambil berusaha mencerna ucapan Pak Ronan, tapi ia sama sekali tidak tahu apa yang dimaksudkan atasannya itu.
“Acara?” Erish mendekatkan kembali ponselnya ke telinga. “Acara apa Pak?” tanya Erish bingung.
“Jangan bilang kamu lupa kalau hari ini ada acara pengenalan direktur baru di perusahaan kita. Erish, anak bos akan segera tiba dalam waktu satu jam!”
Acara pengenalan direktur baru? Tubuh Erish langsung lemas begitu mendengar ucapan Pak Ronan. Astaga, bagaimana bisa ia melupakan hari sepenting ini!
“Pa… Pak… Sa… saya akan segera tiba di sana… Saya tutup ya teleponnya…” Tanpa pikir panjang Erish bergegas mengakhiri pembicarannya di telepon dengan Pak Ronan. Masih sempat didengarnya Pak Ronan berteriak padanya dengan marah. Erish berlari mengambil kunci mobil lalu segera melaju ke kantor. Dalam hati Erish berdoa, semoga saja ia tidak terlambat sampai di sana.
***
Begitu menginjakkan kakinya di parkiran, Erish segera berlari masuk ke kantornya dan mencari lift terdekat. Acara pengenalan direktur yang baru akan dilaksanakan di lantai 5 dan ia harus ada di sana sekarang. Satu jam sudah hampir berlalu, dan ini berita buruk baginya
“Ya Tuhan, Bu Erish, bagaimana bisa Anda baru ada di sini?” sapa Zea, asisten Erish, ketika mereka tak sengaja bertemu di dalam lift.
“Oh Tuhan, aku juga tidak tahu, Zea!” kesal Erish pada dirinya sendiri.
“Dan mengapa Anda….” Zea baru saja hendak mengatakan sesuatu pada Erish, ketika pintu lift berdenting pertanda mereka sudah sampai di lantai 5.
“Ah, akhirnya sampai juga! Maaf Zea, nanti kita teruskan bicaranya. Aku sedang terburu-buru sekarang,” kata Erish sembari berlari keluar dari lift.
“Tapi Bu…” Zea menatap cemas pada sosok Erish yang berlalu dari hadapannya. “Mengapa Ibu memakai pakaian seperti itu ke kantor?”
***
Acara pengenalan direktur baru! Erish berlari dengan panik menuju aula tempat di mana acara tersebut akan diselenggarakan. Oh Tuhan, bukankah sudah sejak sebulan yang lalu Pak Ronan berpesan padanya untuk menjadi MC di acara itu?! Dan bahkan kemarin, semua orang tengah membicarakan acara itu! Jadi bagaimana bisa ia sampai melupakannya pagi ini? Erish merutuki dirinya sendiri tanpa sadar. Ia mempercepat langkahnya dan begitu senang saat melihat ruangan tersebut sudah ada di depan matanya. Tangannya terulur cepat untuk membuka pintu, namun seseorang menarik bajunya dengan kasar hingga membuat wanita itu tersentak kaget.
“Hei, apa-apaan ini! lepaskan aku!”
Erish menoleh dan mendapati wajah asing itu tengah menatapnya. Seorang pria berpostur tinggi, berkulit putih, dengan garis wajah yang tegas, serta sorot matanya yang tajam kini tengah berdiri tegap di hadapan Erish. Penampilan pria itu sangat rapi. Ia mengenakan jas hitam lengkap dengan dasinya.
“Siapa Anda?” tanya pria itu. Ada senyum samar di wajahnya saat menatap sosok wanita bermata indah dengan rambut ikal sebahu tak tertata yang tengah berkacak pinggang di hadapannya itu. Parahnya lagi, wanita itu tengah mengenakan t-shirt dan celana jeans butut plus sandal babi yang super cute di kakinya.
Erish menghela napas panjang saat mendengar pertanyaan pria tersebut. Ia mencoba untuk tetap bersikap sopan meski sebetulnya ia merasa kesal karena tamu atasannya itu telah bersikap tidak hormat padanya. Apa maksudnya dengan menarik-narik bajunya tadi? Dan bertanya siapa dia? Hah!
“Maaf Pak, acara akan segera dimulai, jadi Anda bisa segera masuk untuk menempati kursi undangan Anda.”
“Undangan? Saya tidak datang karena undangan,” ujar pria itu lantas tertawa. “Dan siapa Anda? Kenapa Anda bisa ada di sini?” tanyanya yang membuat Erish terbelalak. Bagaimana bisa pria ini tidak melihat pancaran wibawa seorang manajer HRD di wajahnya?
“Maaf Pak. Mungkin Bapak tidak kenal siapa saya karena Bapak tidak bekerja di sini. Tapi di kantor ini, saya cukup dikenal oleh para karyawan. Perkenalkan, nama saya Erish. Saya adalah Manajer HRD di PT Cemerlang Group ini,” ujar wanita itu dengan bangga. Well, wajar saja jika ia merasa hebat bukan? PT Cemerlang Group adalah salah satu perusahaan kontraktor terbesar di Jakarta. Bisa masuk dan bekerja di perusahaan ini, apalagi mampu menduduki jabatan setinggi itu di usianya yang baru menginjak 26 tahun merupakan suatu prestasi bagi Erish.
“Ah? Jadi ini Manajer HRD yang sedari tadi diributkan oleh Pak Ronan? Anda yakin ingin membawakan acara dengan penampilan seperti itu?” tanya pria itu dengan tawa mengejek. Erish menatap heran pada pria di hadapannya itu. Penampilan seperti apa yang dimaksudkannya?
Erish menatap dirinya sendiri, dan kemudian sadarlah ia mengapa pria di hadapannya itu mengulum senyum sedari tadi. Matanya membelalak dan wajahnya berubah pucat saat menatap dirinya sendiri. Bagaimana bisa ia muncul di kantor dengan t-shirt dan celana jeans bututnya? Dan lihat kakinya! Masih memakai sandal kamar babinya!
Erish melangkah mundur beberapa langkah, seolah-olah itu bisa menciptakan dinding di antara dirinya dan pria tersebut. Ia benar-benar menyesal telah memperkenalkan diri sebagai Manajer HRD dengan penampilan seperti ini! Oh Tuhan, ini benar-benar memalukan!
“Maaf Pak, anggap saja semua ini tidak pernah terjadi. Anggap saja kita tidak pernah bertemu, dan Anda tidak pernah melihat saya. Sekarang saya harus segera pergi,” ujar Erish berusaha menahan rasa malunya.
“Hei, Anda mau kemana?” tanya pria itu pada Erish, membuat langkah wanita itu terhenti. “Anda tidak ingin masuk? Saya bisa membayar Anda untuk menjadi badut di acara pengenalan direktur baru nanti.”
Ap… APA? BADUT?!
Mulut Erish terbuka lebar saat mendengar ucapan pria di hadapannya itu, namun tak ada barisan kalimat yang mampu terucap dari bibirnya. Erish berusaha untuk menarik napas dalam-dalam saat amarahnya hampir meledak. Ayolah Erish, kamu tidak punya banyak waktu untuk berdebat dengannya sekarang. Kamu harus pulang dan segera berganti pakaian!
“Berterima kasihlah pada Tuhan karena saya tidak punya cukup waktu untuk meladeni lelucon Anda. Saya harus segera pulang dan berganti pakaian karena acara akan segera dimulai dan calon direktur baru kami akan segera tiba,” ujar Erish sambil berusaha menahan amarahnya.
Pria itu tertawa kecil mendengar jawaban Erish, “Tapi calon direktur baru Anda sudah tiba,” ujarnya yang membuat Erish terbelalak seketika.
“Bagaimana itu bisa terjadi?! Anda pasti sedang berbohong kan?!”
“Saya tidak berbohong, dan saya mohon berhentilah berteriak. Anda tidak perlu panik, karena Pak Frans sudah menemukan pengganti Anda,” kata pria itu sembari menyakukan kedua tangannya ke dalam kantung celananya. Ia tersenyum senang ketika melihat mata Erish yang besar dan indah itu terbelalak mendengar ucapannya.
“Apa Anda sedang bercanda? Dia tidak mungkin sudah tiba dan sudah menemukan pengganti saya!”
“Saya tidak bercanda. Anda sudah mendengarnya sendiri kan? Dia ada di hadapan Anda sekarang,” kata pria itu yang membuat Erish membatu seketika.
“An.. An…da… Pa…k… Direktur…?”

No comments:

Post a Comment